*Penimbunan Harta*
Nabi Muhammad saw, telah melakukan lebih dahulu kebanyakan dari yang diwahyukan kepada beliau, bahkan sejak beliau masih muda! Beliau seorang yatim, mengalami derita hidup sebagai yatim, sehingga timbul kebencian beliau pada para penghardik yatim, kemudian Tuhan begitu banyaknya mewahyukan larangan menghardik yatim. Demikian juga, dari dulu beliau seorang yang suka menyambung silaturrahmi dan mendamaikan orang yang bermusuhan, kemudian turun banyak wahyu tentang anjuran silaturrahim. Beliau itu memang sedemikian mulianya, sehingga Aisyah mengisahkan bahwa Rasulullah saw itu akhlaknya adalah Alquran itu sendiri!
Salah satu ciri khas Rasulullah saw sejak muda adalah kebencian pada menimbun harta, kendatipun beliau orang yang sangat kaya sejak mudanya. Menurut sebagian riwayat, mahar beliau kepada Khadijah adalah sekitar 400 ekor unta, yang jika dinilai sekarang, mungkin lebih mahal daripada 4 buah mobil Alphard. Beliau menikahi Khadijah, yang bahkan lebih kaya daripada diri beliau sendiri. Namun, beliau sangat membenci menimbun harta dan makanan, sampai dikisahkan beliau menyimpan makanan hanya 3 hari, kalau tidak beliau makan, maka akan beliau bagi-bagikan.
Itu sebabnya salah satu gelar Rasulullah saw adalah Abu al-Masakin (Ayahnya orang² miskin), sering dikisahkan beliau itu bila datang ke masjid, memang memilih untuk duduk bersama anak² miskin; memeluk mereka, bahkan tertawa bersama mereka, sampai² Ibnu Umar yang termasuk orang kaya pada zamannya (anaknya Umar bin Khattab), merasa iri, "andai aku jadi anak miskin! Pasti aku sering bersama Nabi saw!" Kira² begitu kata beliau.
Kepemimpinan Nabi saw sangat khas dan identik dengan pembelaan beliau pada _wong cilik_ (orang² kurang beruntung), beliau membela moral orang² miskin sehingga, bukan hanya mereka merasa seimbang dengan orang kaya, bahkan beliau membela orang miskin dan lemah sampai² para penguasa dan kaya itu iri! Dan yang kedua, beliau sangat suka mendistribusikan kekayaan beliau karena kebencian beliau menimbun kekayaan, sehingga daerah yang dipimpin beliau, cenderung makmur karena amat memperhatikan hak orang miskin.
Ini sangat bertolak belakang dengan sebagian penguasa hari ini. Bahkan sebuah survey menunjukkan, dimana ada kumpulan kemiskinan luarbiasa, biasanya ada penguasa penimbun kekayaan di sana. Kita melihat hari ini, ada sebagian penguasa yang memiliki singgasana dan pakaian berlapis emas, padahal hanya jarak beberapa meter dari istana kebesarannya, ada orang kelaparan. Atau umpamanya, garasi sebagian penguasa yang dipenuhi dengan mobil sport dan motor besar semacam harley davidson berderet di garasinya, padahal jarak beberapa meter dari rumahnya ada orang yang kesulitan mencari penghidupan. Mari bertanya: Kira² apa perasaan Nabi saw sekiranya melihat hal² ini? Jelas dalam sabda beliau yang bunyinya kira² tidak beriman diri kita! Jika kita tidur dalam keadaan kenyang sementara kita mengetahui persis, ada tetangga kita, atau orang yang dekat dengan kita, tidur dalam keadaan kelaparan!
Sudah lah, jangan menyalahkan penguasa, jangan menyalahkan orang kaya, tapi introspeksi lah diri sendiri! Jangan sibuk mengumpat dan mengkaji kejelekan orang lain, lihat kejelekan kita! Apakah kita ini penimbun makanan? Apakah kita ini penimbun pakaian? Apakah kita ini penimbun uang? Apakah kita ini penimbun perhiasan? Sudah berapa banyak orang kurang beruntung yang menjadi beruntung karena tangan kita? Karena kita sedekahkan hak kita? Karena kita ajari mereka? Ini harus menjadi renungan kita, bahkan bila kita adalah orang miskin sekalipun! Bila kita miskin, perhatikanlah nasib saudara lain yang miskin! Apalagi bila kita kaya, semakin jelas wajibnya.
Akhirnya, untuk mengelakkan penimbunan harta, kita perlu memeriksa kembali apa persepsi kita, paradigma kita terhadap uang dan kekayaan? Akan sangat sulit untuk melepasnya, jika paradigma kita tentang kekayaan adalah "penyelamat" dan "kebanggaan." Alquran dalam Surat Al Humazah (QS.104) secara terang mengutuk orang yang menimbun harta dengan mindset harta ialah penyelamat. Renungkanlah: Kalau Tuhan menghendaki, mudah saja bagiNya melenyapkan simpanan emas kita, menghanguskan uang² kita di bank, meniadakan surat² obligasi dan deposito kita, ataupun membakar investasi² kita. Tuhan, jelas adalah satu²nya Penyelamat. Sedangkan kebanggaan; bukan kah kebanggaan sejati itu ialah mendapat ampunanNya? Kalau demikian, apakah harta dan kekayaan itu? Titipan dan amanah untuk mengagungkanNya, dan untuk mengasihi seluruh alam.
YM Ustadz
23/03/2022
23:01 Wib
Comments
Post a Comment