Skip to main content

Sakinah Sebelum Mawaddah Warahmah

Sakinah Sebelum Mawaddah Warahmah

Sebenarnya apa arti kalimat samawa (sakinah mawaddah warahmah) dan apa relevansinya dengan pernikahan? Sakinah itu ketenangan. Mawaddah itu cinta yang datang dari ketertarikan fisik pada lawan jenis. Rahmah itu artinya kasih sayang yang mendatangkan kemaafan. Soal mawaddah dan rahmah itu definisinya ada begitu banyak dan beda ulama beda pula definisinya; begitulah hasil pencarian saya di internet.

Tapi satu hal yang pasti semua sepakat, sakinah itu artinya ketenangan dan kedudukannya lebih awal (dan mungkin lebih utama) dibanding mawaddah dan rahmah. Apa tujuan pernikahan? Jangan tanyakan pada lajang yang belum menikah. Tanyakan pada yang sudah menjalani 10 tahun lebih. Tanyakan pada yang sudah menjalani 20an tahun lebih. Saya menduga mereka akan menjawab: "Mencari ketenangan." Masalahnya, apakah yang sudah 10 atau 20 tahun menikah itu mendapat ketenangan? 😀

Yang pasti: Sakinah atau ketenangan itu akibat. Sebabnya adalah akhlak mulia masing² suami dan istri. Suami atau istri yang kurang pemarah, kurang kasar, kurang cinta dunia, kurang panjang angan-angan, kurang suka uang, kurang mewah, dan seterusnya pasti lebih tenang hidupnya dan lebih menenangkan pasangannya. Sebaliknya, suami atau istri yang pemarah, kasar, cinta dunia, panjang angan-angan, suka uang, mewah, dan seterusnya pasti kurang tenang hidupnya dan kurang menenangkan pasangannya.

Betapa banyak suami² merasakan kegelisahan saat pulang ke rumah, atau saat istrinya hadir di dekatnya karena istrinya bukan main pemarah dan banyak angan. Sebaliknya betapa banyak istri² yang merasakan terancam di rumahnya karena suami yang pemarah dan kasar. Ini suasana dimana "sakinah" tidak hadir. Dan ketika "sakinah" tidak hadir, ketertarikan fisik hilang, rasa ingin bersama hilang. Ketika sakinah tiada, mawaddah warahmah mustahil hadir!

Namun rumah tangga tak sakinah itu dipertahan-tahankan karena anak sudah banyak, aset rumah atau rekening bank atas nama bersama, bisnis dirintis bersama, malu pada masyarakat, dan lain-lain sebagainya. Dalam rumah tangga yang tidak ada ketenangan; bahagia pasti tiada. Tak peduli seberapa cantik istrinya, seberapa ganteng suaminya, seberapa besar rumah mereka, seberapa banyak simpanan duit mereka, mereka tak akan bahagia. Orang lain mungkin melihat istrinya cantik bagai bidadari, tapi si suami melihatnya menyeramkan bagai kuntilanak. Orang lain melihat si suami gagah bagai hercules, tapi si istri melihat suaminya memuakkan bagai sandal jepit.

Itu sebabnya jangan sekedar berdoa agar rumah tangga dikekalkan. Berdoalah rumah tangga kekal dalam akhlak mulia. Persatuan itu akibat. Cinta kasih itu akibat. Rasa ingin bersama itu akibat. Penyebabnya adalah akhlak mulia. Penyebabnya adalah sedikitnya marah, sedikitnya angan-angan, kesederhanaan menjalani hidup, salat 5 waktu, kecintaan pada Allah dan RasulNya, sedikitnya membanding-bandingkan, tidak materialistik, tidak memboros, santun berkata-kata, dan seterusnya.

Kebersamaan tanpa akhlak mulia itu penderitaan. Jika pernikahan dijalani tanpa akhlak mulia dari kedua pihak, hanya akan ada 2 kemungkinan hasil: Menderita atau cerai. Kedua²nya tidak enak. Itu sebabnya betapa benarnya konsep "sakinah mawaddah warahmah" itu. Sakinah (ketenangan) itu mendahului rasa suka dan rasa cinta. Tanpa ketenangan, suka dan cinta tiada. Pernikahan, bahkan perkumpulan apapun akan punah jika tiada ketenangan. Dan azas dari ketenangan itu tak lain adalah kebaikan hati.

Akhirnya kita berkaca, betapa kelirunya cara kita mencari pasangan. Coba tanyakan kenapa dulu kita menikah? Kenapa dia yang kita pilih? Saya bertaruh hampir 100% menjawab karena suka, cinta, atau tertarik. Dengan perkataan lain; kita mencari pasangan dan memasuki pernikahan dengan "mawaddah warahmah" dan menomortigakan "sakinah." Orang memasuki pernikahan tanpa mempertimbangkan akan kah kita tenang jika menjalani dengannya nanti? Satu²nya yang dipikirkan ialah: "Aku akan gelisah kalau calonku ini direbut orang lain."

Akhirnya, pengabaian terhadap konsep sakinah dibayar dengan pernikahan tak bahagia atau perceraian. Penderitaan dan perceraian itu adalah denda (fine) yang dibayar karena kita tidak membayar pajak (tax) bernama sakinah. Di negara, jika tidak ingin kena denda (fine) bayarlah pajak (tax). Dalam rumah tangga jika tidak ingin mendapat denda penderitaan dan perceraian; pedulikanlah sakinah, wujudkanlah ketenangan, kerjakanlah akhlak mulia. Setelah itu, semuanya mengalir. Wallahua'lam.

Comments

Popular posts from this blog

KUMPULAN FATWA" YM ABU dan YM USTADZ

Silahkan Abang" dan Kakak" diprint KUMPULAN FATWA" YM ABU dan YM USTADZ sebagai alat cermin diri agar kita selalu ada dalam REL AKHLAKUL KARIMAH , 😊😊😊🙏🙏🙏 Download file pdf

Bisa Diajarin (Teachable)

*Repost Fatwa YM*  ----------------------------- *Ustadz.* ------------- *Bisa Diajarin (Teachable)* Steve Jobs, mantan CEO Apple, yang dipandang sebagai salah satu tokoh teknologi terbesar di zamannya pernah mengungkapkan ungkapan yang begitu indah: "Stay Hungry, Stay Foolish." Yang kalau secara harfiah (literal) berarti "Tetaplah lapar dan tetaplah bodoh." Adapun konteks pernyataan tersebut ialah: Jangan berhenti belajar. Maulah diajarin. Jadilah bisa diajarin. Become teachable.  Kalau saya ingin menambahkan ungkapan Steve Jobs: "Stay young. Stay Junior." Atau, "Tetaplah muda dan jadilah junior selamanya." Ketika kita masih muda, junior dan baru belajar; kita siap dimarahi, siap letih, siap bekerja keras, dan siap untuk belajar dari pengalaman. Itu sebabnya, jangan merasa senior, karena biasanya senior itu malas belajar dan nggak mau diajarin (unteachable)! Karena merasa dirinya serba tau dan serba cukup! Itu sebabnya biasanya orang gagal dalam...

*Berani Tampil Sama*

*Berani Tampil Sama* Berani tampil beda, adalah doktrin yang sangat mendunia di dunia 20 tahun belakangan ini (atau mungkin lebih). Di antara akibat dari cara berpikir ini adalah lahirnya orang-orang yang suka mencari sensasi; berpakaian, berbicara, berpikir dengan cara yang tidak lazim. Untuk apa? "Supaya beda", tidak jelas juga untuk apa sebenarnya. Perlu kah tampil beda? Bila kita hadapkan kepada Alquran, yang penting bukanlah menjadi berbeda, yang penting adalah *menjadi baik.* Di Medan, ada istilah populer "Jangan Cuman Jago Kandang", yakni jangan hebat hanya di kandang. Pernah YM. Abu mengomentari statement ini, beliau bertutur, kira² seperti ini: "Memangnya kalau jago kandang kenapa rupanya? *Kita tidak ingin jago, kita hanya ingin bermanfaat.* Tidak penting apakah kita jago kandang, jago tandang, ataupun tidak jago keduanya, yang penting adalah menjadi orang baik." Harus senantiasa dikumandangkan pertanyaan: "Apakah ini baik? Apaka...